[JAKARTA] Kalangan DPR memprediksi kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) memaksakan kurikulum 2013 pada Juni 2013 mendatang bakal menuai kegagalan. Alasannya, masih banyak persoalan krusial yang harus dilakukan, termasuk sosialisasi kurikulum baru tersebut ke sekolah-sekolah, belum lagi menyangkut persiapan para guru.
“Selama ini, praktik pendidikan kita selalu kedodoran karena proses pembelajaran di banyak sekolah tidak berlangsung efektif, tidak membangun karakter dan kompetensi-kompetensi kunci yang diperlukan agar hidup sehat dan produktif. Selain itu, pemerintah sering kali bersikap mendua dan tidak konsisten menerapkan kurikulum, termasuk pengembangan kurikulum 2013 yang masih bersifat wacana. Belum lagi kondisi para guru yang tidak kompeten dan budaya sekolah yang tidak meritokratik sebagai pelaksana kurikulum yang mengubah kurikulum yang direncanakan menjadi kurikulum yang terlaksana,” ujar anggota Komisi X dari Fraksi Partai Golkar Ferdiansyah di Jakarta, Jumat (18/1).
Menurut Ferdiansyah, pada hakikatnya pendidikan yang baik dan berkualitas sangat tergantung bagaimana murid-muridnya belajar sebagai proses memaknai pengalamannya sehari-hari. Proses memaknai pengalaman itu kemudian ditunjukkan oleh perubahan sikap dan praktik kehidupan sehari-hari yang di teladankan para guru dan dibudayakan di sekolah. Jadi, perbaikan mutu pendidikan sejatinya sangat tergantung pada kualitas guru dan budaya sekolah di mana murid mengalaminya sebagai bagian dari kehidupannya sehari-hari, bukan sekedar menjelang ujian.
“Hal yang kita butuhkan saaat ini bukan sekedar perubahan kurikulum, tapi perubahan paradigma guru dan budaya belajar. Guru harus menjadi sosok yang mandiri dan teladan manusia merdeka yang tidak mudah diintimidasi oleh birokrat pendidikan dan wali murid. Pembinaannya harus dilakukan oleh organisasi profesi guru, bukan oleh pemerintah. Guru tidak boleh dipandang lebih sebagai pegawai, tapi sebagai profesional yang bekerja dengan berpedoman pada kode etik guru,” tegasnya.
Menurut Ferdiansyah, seharusnya pemerintah menerapkan kebijakan budaya belajar secara sederhana seperti membangun budaya membaca sehat. Sediakan layanan perpustakaan yang baik, dengan koleksi buku yang bermutu, serta akses internet yang memadai.
Selanjutnya, hargai pengalaman dan praktik murid sehari-hari menjadi bagian dari diskusi kelas. Kembangkan budaya menulis, lalu beri kesempatan luas untuk berbicara. Begitulah budaya belajar di sekolah dibentuk dan menjadikan sekolah sebagai tempat murid belajar, bukan sekedar tempat guru mengajar, dan statistik kelulusan ujian diukur untuk kepentingan birokrasi.
Sebenarnya kata kader Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia ini, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 sudah cukup baik, namun tidak terimplementasi oleh guru yang kompeten yang berani secara kreatif merancang proses pembelajaran yang paling sesuai bagi murid-muridnya. Kalau kurikulum KTSP belum sempurna, perlu ada perbaikan secara komprehensif, bukan malah memaksakan kehendak menerapkan kurikulum 2013 yang belum teruji. "Kalau tetap dipaksakan sudah pasti program tersebut bakal menuai kegagalan dan kualitas pendidikan kita semakin amburadul,” ujar Ferdiansyah mengingatkan. [PR/S-26] (http://www.suarapembaruan.com/nasional/kurikulum-2013-bakal-tuai-kegagalan/29278)
Komentar
Posting Komentar