UNU SURAKARTA
Surakarta, NU Online
Universitas Nahdhatul Ulama (UNU) Surakarta, kini makin eksis dan makin diminati masyarakat. Universitas kebanggaan warga NU Solo itu, kini memiliki berbagai program studi. Baik S1, S2 maupun D3.
Pada mulanya, perguruan tinggi itu bernama Universitas Nahdhatul Ulama dengan kepanjangan UNNU. UNNU Surakarta diresmikan oleh Presiden RI pertama Soekarno, pada 2 Oktober 1958.
Enam tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1964, UNNU Surakarta mendapat status diakui (ijazahnya sama dengan ijazah negeri). Pengakuan status diakui itu ditandai dengan keluarnya SK Menteri Agama RI Nomor 38 tahun 1964.
Dalam sejarahnya, UNNU pernah memberi gelar Doktor Honoris Causa dalam Ilmu Hukum Islam (Syariah). Doktor honoris causa itu diberikan kepada dua guru besar Universitas al-Azhar Cairo, Mesir. Yakni, Prof Dr Mas’ud dan Prof Dr Basrowi.
Selain itu, perguruan tinggi tersebut juga pernah mengirimkan mahasiswanya untuk belajar ke Timur Tengah. Mahasiswa yang dikirimkan itu mendapat beasiswa untuk belajar ke Mesir, Madinah dan Makkah.
Sejumlah nama mahasiswa UNNU yang pernah dikirim ke Timur Tengah saat ini menjadi dosen tetap dan dosen tidak tetap di UNU. Mereka antara lain Hj Aminatun Imam Syuhuri MA, KH Mahdi Salam Lc dan Drs H Ma’mun Muhamad Murai LML. Selain itu, ada almarhum KH Irfan Zidni MA yang pernah menjabat sebagai salah satu pengurus PBNU.
Berdirinya UNU Surakarta, diawali dengan dibentuknya panitia pendiri perguruan tinggi. Pada tanggal 2 Maret 1958, panitia pendiri perguruan tinggi tersebut terbentuk. Susunan kepanitiaan terdiri atas Ketua KH R Chasbullah (Jakarta), Wakil Ketua KRM Dimyati al-Karim (Surakarta), Sekretaris R Suprapto (Surakarta) dan Wakil Sekretaris A Sarnadi (Surakarta).
Untuk jabatan Bendahara KM Muhtar Rosidi (Surakarta), Wakil Bendahara KH A Mudzakir (Surakarta) dan pembantu kepanitiaan ada dua orang. Yakni, Ruhani (Surakarta) dan H Mustahal Ahmad BA (Surakarta).
Tokoh-tokoh tersebut layak dicatat dalam lembaran sejarah UNNU Surakarta. “Jasa-jasa mereka patut dikenang dan kita doakan semoga amalnya diterima di sisi Allah sebagai amal ibadahnya,” ujar H Sukamto SH MH, dalam buku kenangan Wisuda Ke IV Universitas Nahdhatul Ulama (UNU) Surakarta pada 27 Februari 2012 lalu.
Berkat perjuangan yang gigih dari tokoh-tokoh tersebut, mereka berhasil mendirikan perguruan tinggi NU satu-satunya di Indonesia saat itu. Memang situasi saat itu, sangat tidak mendukung keberhasilan beliau-beliau. Dimana perjuangan untuk mewujudkan UNNU Surakarta tidak semudah orang belanja di pasar swalayan, tetapi sarat akan liku-liku yang harus ditempuh.
Keinginan mewujudkan UNNU Surakarta ternyata mendapat sambutan hangat dari tokoh nasional saat itu. Panitia berkonsultasi ke Jakarta pada tanggal 13 – 14 Mei 1958. Sejumlah pejabat dan tokoh berhasil ditemui. Seperti Menteri Agama saat itu, KH Masjkur, Wakil Perdana Menteri II, Dr KH Idahm Cholid, KH Syefuddin Zuhri (sekjen PBNU kala itu), Ketua PB LP Maa’rif Abdul Azis Diyar, dan KH Abdul Wahab Chabullah selaku rais aam.
Selain itu, Hamid Widjaya, Imron Rosjadi dan lain-lain menyambut dengan suka cita atas rencana pendirian UNNU tersebut. Mereka mendukung dengan pemikiran dan harta benda yang tidak sedikit. (bersambung)
Redaktur: Mukafi Niam
Penulis : Sholihin Hasan (alumni program pascasarjana UNU Surakarta)
Surakarta, NU Online
Universitas Nahdhatul Ulama (UNU) Surakarta, kini makin eksis dan makin diminati masyarakat. Universitas kebanggaan warga NU Solo itu, kini memiliki berbagai program studi. Baik S1, S2 maupun D3.
Pada mulanya, perguruan tinggi itu bernama Universitas Nahdhatul Ulama dengan kepanjangan UNNU. UNNU Surakarta diresmikan oleh Presiden RI pertama Soekarno, pada 2 Oktober 1958.
Enam tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1964, UNNU Surakarta mendapat status diakui (ijazahnya sama dengan ijazah negeri). Pengakuan status diakui itu ditandai dengan keluarnya SK Menteri Agama RI Nomor 38 tahun 1964.
Dalam sejarahnya, UNNU pernah memberi gelar Doktor Honoris Causa dalam Ilmu Hukum Islam (Syariah). Doktor honoris causa itu diberikan kepada dua guru besar Universitas al-Azhar Cairo, Mesir. Yakni, Prof Dr Mas’ud dan Prof Dr Basrowi.
Selain itu, perguruan tinggi tersebut juga pernah mengirimkan mahasiswanya untuk belajar ke Timur Tengah. Mahasiswa yang dikirimkan itu mendapat beasiswa untuk belajar ke Mesir, Madinah dan Makkah.
Sejumlah nama mahasiswa UNNU yang pernah dikirim ke Timur Tengah saat ini menjadi dosen tetap dan dosen tidak tetap di UNU. Mereka antara lain Hj Aminatun Imam Syuhuri MA, KH Mahdi Salam Lc dan Drs H Ma’mun Muhamad Murai LML. Selain itu, ada almarhum KH Irfan Zidni MA yang pernah menjabat sebagai salah satu pengurus PBNU.
Berdirinya UNU Surakarta, diawali dengan dibentuknya panitia pendiri perguruan tinggi. Pada tanggal 2 Maret 1958, panitia pendiri perguruan tinggi tersebut terbentuk. Susunan kepanitiaan terdiri atas Ketua KH R Chasbullah (Jakarta), Wakil Ketua KRM Dimyati al-Karim (Surakarta), Sekretaris R Suprapto (Surakarta) dan Wakil Sekretaris A Sarnadi (Surakarta).
Untuk jabatan Bendahara KM Muhtar Rosidi (Surakarta), Wakil Bendahara KH A Mudzakir (Surakarta) dan pembantu kepanitiaan ada dua orang. Yakni, Ruhani (Surakarta) dan H Mustahal Ahmad BA (Surakarta).
Tokoh-tokoh tersebut layak dicatat dalam lembaran sejarah UNNU Surakarta. “Jasa-jasa mereka patut dikenang dan kita doakan semoga amalnya diterima di sisi Allah sebagai amal ibadahnya,” ujar H Sukamto SH MH, dalam buku kenangan Wisuda Ke IV Universitas Nahdhatul Ulama (UNU) Surakarta pada 27 Februari 2012 lalu.
Berkat perjuangan yang gigih dari tokoh-tokoh tersebut, mereka berhasil mendirikan perguruan tinggi NU satu-satunya di Indonesia saat itu. Memang situasi saat itu, sangat tidak mendukung keberhasilan beliau-beliau. Dimana perjuangan untuk mewujudkan UNNU Surakarta tidak semudah orang belanja di pasar swalayan, tetapi sarat akan liku-liku yang harus ditempuh.
Keinginan mewujudkan UNNU Surakarta ternyata mendapat sambutan hangat dari tokoh nasional saat itu. Panitia berkonsultasi ke Jakarta pada tanggal 13 – 14 Mei 1958. Sejumlah pejabat dan tokoh berhasil ditemui. Seperti Menteri Agama saat itu, KH Masjkur, Wakil Perdana Menteri II, Dr KH Idahm Cholid, KH Syefuddin Zuhri (sekjen PBNU kala itu), Ketua PB LP Maa’rif Abdul Azis Diyar, dan KH Abdul Wahab Chabullah selaku rais aam.
Selain itu, Hamid Widjaya, Imron Rosjadi dan lain-lain menyambut dengan suka cita atas rencana pendirian UNNU tersebut. Mereka mendukung dengan pemikiran dan harta benda yang tidak sedikit. (bersambung)
Redaktur: Mukafi Niam
Penulis : Sholihin Hasan (alumni program pascasarjana UNU Surakarta)
Komentar
Posting Komentar