Foto : Dodi/Unpad
Dodi mengungkapkan, perjalanannya untuk dapat mengikuti wisuda Gelombang II Tahun Akademik 2011/2012 kemarin, tidaklah mudah. Sebelum meneruskan kuliah pada 2008, pria kelahiran Sumedang 8 Oktober 1986 ini bekerja sebagai OB di Biro Administrasi Umum Unpad sejak 2005.
"Senang akhirnya saya bisa lulus. Saya sudah bekerja sebagai OB hampir tujuh tahun. Lalu, pada 2008, saya masuk DIII FISIP Unpad. Saya menyelesaikan studi D-3 ini, selama 3,5 tahun,” kata Dodi seperti dikutip dari laman Unpad, Kamis (9/2/2012).
Jika Anda pernah menonton sebuah iklan yang menceritakan seorang Office Boy (OB) yang membiayai kuliah dari hasil kerjanya, hal tersebut ternyata bukan hanya hisapan jempol belaka. Pada prosesi Wisuda Unpad Rabu kemarin (8/2) mungkin menjadi hari yang paling membahagiakan bagi Dodi. Pria yang bekerja sebagai OB di lingkungan Universitas Padjadjaran (Unpad) ini lulus kuliah dari Program Diploma III, Jurusan Administrasi Keuangan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Unpad.
Awalnya, Dodi tidak berniat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Namun, dorongan dari banyak pihak membuat lulusan Madrasah Aliyah (MA) Darul Fatwa Jatiroke, Sumedang, ini berubah pikiran.
“Banyak yang mendorong saya untuk melanjutkan kuliah, terutama Kepala Bagian Tata Usaha dan Rumah Tangga Unpad. Saya pikir, selama masih ada kesempatan kenapa tidak dicoba,” ujarnya.
Menurut Dodi, alasannya tidak ingin melanjutkan kuliah adalah ketiadaan biaya. Tapi, berkat kerja kerasnya, Dodi mampu membayar biaya perkuliahan. “Waktu itu kata orangtua, sok aja jadi OB sambil kuliah asal bisa ngatur waktu, tapi mereka memang tidak mampu membiayai. Untungnya, di semester dua hingga semester empat, saya mendapatkan beasiswa," tutur anak kedua dari empat bersaudara itu.
Meski menjalani dua peran, yakni mahasiswa dan OB, Dodi mampu membagi waktu dan melaksanakan kewajibannya dengan baik. “Biasanya habis salat subuh, saya langsung kerja. Kalau ada kuliah jam delapan, saya berangkat kuliah dahulu. Pokoknya menyelesaikan pekerjaan dulu, baru berangkat kuliah,” kata putra pasangan Uha dan Mien ini.
Profesi OB yang memiliki tugas menyapu lantai, membersihkan sampah-sampah, melayani permintaan fotokopi, merapikan meja kursi, dan sebagainya tidak membuat Dodi minder dengan teman-teman lainnya.
“Awalnya, hanya teman-teman dekat saja yang mengetahu profesi saya. Tapi, mulai pertengahan semester, sudah banyak yang tahu. Tapi saya memang enggak malu jadi OB. Santai saja saya menjalaninya,” ujar Dodi menerangkan.
Ketika ditanya, keinginan untuk melanjutkan kuliah ke tingkat sarjana, Dodi pun tidak bisa menjawab. “Lihat biayanya dulu. Kuliah memang membutuhkan biaya yang sangat besar,” kata Dodi yang mendapatkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 2,74.
Dengan gelar D-3 yang diraihnya, warga asli Jatinangor ini yakin dapat terus meningkatkan kualitas hidupnya. Harapan serupa diungkapkan Mien, sang ibu. “Alhamdulillah, bungah (gembira). Inginnya Dodi bisa bekerja lebih tinggi lagi,” kata Mien.
Mengenai cita-cita ke depan, lagi-lagi Dodi tidak memiliki keinginan yang muluk-muluk. Namun, dia meyakini kesempatan pekerjaan di masa mendatang akan semakin luas. “Cita-cita saya hanya ingin membahagiakan orangtua dan menjadi orang yang berguna saja,” tuturnya.(mrg)(rhs)
Komentar
Posting Komentar